beritax.id — Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan agar tidak ada pihak yang mengusik sistem peradaban yang dibangun pesantren. Ia menyebut pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan agama, tetapi juga laboratorium peradaban bangsa. Pernyataan itu disampaikan usai menghadiri peluncuran Program Pendampingan Pesantren di UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, Rabu (15/10).
Menurut Nasaruddin, pesantren selama lebih dari tiga abad telah membuktikan diri sebagai benteng keadaban dan kemanusiaan. Ia menegaskan, pesantren adalah lembaga yang melahirkan manusia beradab dan menjunjung nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. “Jangan sekali-kali mengusik sistem peradaban yang dikembangkan oleh pesantren,” tegasnya.
Ia juga menanggapi polemik tayangan televisi yang dianggap menyinggung aktivitas pesantren. Nasaruddin menyambut baik langkah pihak televisi yang telah meminta maaf secara terbuka kepada pimpinan pesantren di Lirboyo. Namun ia berharap kejadian serupa tidak terulang, mengingat pesantren memiliki jasa besar bagi moralitas bangsa.
Pandangan Partai X: Pesantren Adalah Warisan Rakyat, Bukan Komoditas Kekuasaan
Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X Institute, Prayogi R. Saputra, menegaskan bahwa pesantren adalah warisan rakyat, bukan aset yang boleh disalahgunakan. Menurutnya, pesantren adalah simbol kemandirian, moral, dan perjuangan rakyat yang sudah terbukti selama ratusan tahun.
“Negara harus melindungi, bukan mengatur berlebihan apalagi mengkomersialisasi pesantren. Jangan sampai pendidikan rakyat dikorupsi atas nama program,” ujar Prayogi.
Ia mengingatkan, tugas negara itu tiga melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Dalam konteks pesantren, negara wajib memastikan perlindungan atas kemandirian ekonomi, kebebasan akademik, dan nilai moralnya.
Prinsip Partai X: Ilmu dan Akhlak Harus Seimbang
Menurut doktrin Partai X, pendidikan sejati adalah proses memanusiakan manusia.
Negara wajib menjamin pendidikan yang menumbuhkan tiga hal:
- Kecerdasan intelektual,
- Kemandirian ekonomi, dan
- Kebajikan moral.
Pesantren telah menjadi bukti nyata keseimbangan antara ilmu dan akhlak itu. Namun dalam praktik birokrasi modern, pendidikan sering berubah menjadi proyek anggaran yang kehilangan ruh moralnya. Partai X menegaskan, sistem pendidikan tidak boleh dikuasai logika pasar atau kekuasaan.
“Kalau ilmu dijadikan bisnis, dan akhlak dijadikan formalitas, maka masa depan bangsa akan kehilangan arah,” kata Prayogi.
Solusi Partai X: Kemandirian Pesantren, Akuntabilitas Negara
Untuk memperkuat peran pesantren sebagai benteng peradaban, Partai X menawarkan langkah-langkah nyata:
- Dana Pendidikan Berdaulat alokasi anggaran pendidikan berbasis keadilan sosial, dengan skema yang langsung menjangkau lembaga pesantren tanpa birokrasi berbelit.
- Audit Moral Pendidikan memastikan setiap kebijakan dan bantuan pendidikan bebas dari korupsi dan titipan.
- Revitalisasi Kurikulum Kebangsaan integrasi nilai Pancasila dan ajaran kemanusiaan universal dalam pendidikan agama.
- Ekosistem Pesantren Mandiri dukungan negara terhadap koperasi, pertanian, dan usaha kecil pesantren agar berdaulat ekonomi.
- Pusat Kajian Etika Nasional lembaga riset independen berbasis prinsip melayani, melindungi, dan mengatur rakyat sesuai amanat Pancasila.
Prayogi menegaskan bahwa pesantren adalah penopang peradaban bangsa, bukan sekadar lembaga tradisional. Ia meminta pemerintah berhenti memperlakukan pendidikan sebagai proyek, melainkan sebagai jalan membangun moral bangsa.
“Kalau pesantren rusak, bukan hanya ilmu yang hilang, tapi nurani bangsa ikut mati.
Pendidikan itu amanah rakyat, bukan lahan korupsi,” pungkasnya.