By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Tuesday, 12 August 2025

Wawasan eksklusif, data, dan analisis untuk para NEGARAWAN

Jelajahi Sekarang
Logo Berita X
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Berita Terkini
  • Pilihan Editor
  • Kategori Berita
    • Agama
    • Berita Terkini
    • Ekonomi
    • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Internasional
    • Kriminal
    • Pemerintah
    • Pendidikan
    • Seputar Pajak
    • Sosial
    • Teknologi
Font ResizerAa
  • Internasional
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Seputar Pajak
  • Agama
  • Ekonomi
  • Kriminal
  • Sosial
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
Font ResizerAa
Berita XBerita X
  • Berita Terkini
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Pemerintah
  • Teknologi
Cari Artikel
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Berita Terkini
  • Ekonomi
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Pendidikan
  • Kriminal
© 2025 beritax.id - All Rights Reserved.
Berita X > Blog > Berita Terkini > Kemana Perginya Hati Nurani Pemerintah Indonesia?
Berita TerkiniPemerintah

Kemana Perginya Hati Nurani Pemerintah Indonesia?

Aziza Mukti
Last updated: August 11, 2025 3:25 pm
By Aziza Mukti
Share
6 Min Read
SHARE

beritax.id – Ketika rakyat menjerit, dan para pejabat justru sibuk memoles pencitraan, muncul pertanyaan yang tak bisa dielakkan: masihkah pemerintah memiliki hati nurani?

Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat Indonesia terus dihantam oleh kenaikan harga kebutuhan pokok. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), per Mei 2025, inflasi tahunan mencapai 3,52%, dipicu oleh kenaikan harga beras, cabai, dan daging ayam. Sementara itu, tarif listrik nonsubsidi naik per April 2025, menyentuh angka Rp1.800 per kWh, mengikuti mekanisme penyesuaian tarif tenaga listrik (Tariff Adjustment). Namun, pendapatan mayoritas rakyat tidak ikut naik. Data BPS menyebutkan, rata-rata upah buruh nasional hanya tumbuh 1,2% dibanding tahun lalu, bahkan di bawah laju inflasi.

Di sisi lain, PHK terjadi di berbagai sektor. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat lebih dari 190.000 pekerja terkena PHK sepanjang 2024, mayoritas berasal dari industri padat karya. UMKM pun megap-megap. Studi dari LPEM UI menunjukkan bahwa lebih dari 40% UMKM masih kesulitan mengakses pembiayaan, apalagi ditambah biaya produksi yang meningkat.

Subsidi dicabut, namun bantuan sosial (bansos) kerap salah sasaran. Laporan dari Indonesia Corruption Watch (ICW) 2024 menyebutkan bahwa sebanyak 34% penerima bansos tidak masuk kategori miskin, sementara 27% keluarga miskin tidak menerima bansos sama sekali, akibat data kependudukan yang tidak akurat dan manipulasi data oleh oknum pejabat daerah.

Sementara itu, kita melihat pejabat negara bergaya hidup ala sultan. Pamer mobil mewah, rumah mewah, hingga liburan ke luar negeri. Padahal, gaji resmi pejabat publik tidak cukup menjelaskan kekayaan mereka. Sebagai contoh, berdasarkan laporan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara NegaraKomisi Pemberatasan Korupsi (LHKPN KPK), ada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang melaporkan harta mencapai puluhan miliar rupiah, tanpa kejelasan sumber penghasilan yang sah. Ini bukan satu dua kasus, tapi menjadi pola.

Kekuasaan Pemerintah Indonesia Sebagai Investasi, Bukan Pengabdian

Fenomena “jabatan publik sebagai investasi” bukan isapan jempol. Biaya kampanye untuk mencalonkan diri sebagai kepala daerah atau anggota legislatif bisa mencapai miliaran rupiah. Data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebutkan bahwa dalam Pemilu 2024, calon legislatif DPR RI menghabiskan rata-rata Rp1,2 miliar per kursi. Dan tentu saja, tidak ada investasi tanpa keinginan balik modal. Di sinilah celah korupsi muncul.

You Might Also Like

Obat Mahal, BPOM Gandeng TNI, Partai: Negara Sakit Apa Solusinya Selalu Militer?
Direktur Keuangan Dipanggil KPK, Partai X Minta Jangan Hanya Periksa Bawah, Bongkar Juga Jaringan Kekuasaan di Baliknya!
Pigai Bicara HAM, Partai X: Bukan Cuma Koreksi, Tapi Bongkar dan Bersihkan Institusi Pelanggar HAM!
Cak Nun: Musyawarah Kenegarawanan Indonesia, Solusi Praktis agar Rakyat Kembali Berdaulat

Proyek fiktif, mark-up anggaran, suap, dan fee proyek menjadi cara ‘balik modal’. Tak heran jika dalam laporan Transparency International 2023, Indonesia menempati peringkat ke-115 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi (CPI) dengan skor hanya 34/100, stagnan dalam lima tahun terakhir.

Demokrasi Dijadikan Transaksi Oleh Oknum

Apa yang seharusnya menjadi alat rakyat untuk menentukan masa depan, yaitu demokrasi ternyata telah berubah menjadi ajang transaksi. Partai politik lebih sibuk memburu kursi, bukan memperjuangkan kebijakan yang berpihak pada rakyat. Kita menyaksikan bagaimana sistem pemerintahan dikuasai oleh oligarki, yang mendanai kampanye para kandidat demi keuntungan ekonomi dan proyek.

Bantuan salah sasaran? Karena data dimanipulasi untuk kepentingan.

Proyek infrastruktur mangkrak? Karena orientasi bukan pada hasil, tapi pada fee proyek.

Rakyat tidak sejahtera? Karena mereka memang tidak masuk prioritas kebijakan. Prioritasnya adalah kroni, tim sukses, dan sponsor kampanye.

Pemerintah Indonesia: TKI, Bukan Majikan

Sudah saatnya kita mengingatkan kembali: pemerintah bukanlah majikan, melainkan karyawan rakyat. Mereka digaji dari pajak tukang ojek, petani, nelayan, buruh pabrik, hingga pedagang pasar. Namun realitasnya? Banyak pejabat justru memperlakukan jabatan seolah milik pribadi. Bertingkah seperti bangsawan, hidup di balik pagar tinggi, naik mobil dinas, dan dikawal ketat—seakan rakyat adalah ancaman, bukan tuan yang harus dilayani.

Gaji mereka dibayar oleh rakyat. Tapi ketika rakyat bersuara, mereka dibungkam. Aspirasi dianggap gangguan, kritik dianggap penghinaan, bahkan kriminalisasi terhadap pengkritik makin sering terjadi. Indonesia tidak akan runtuh karena perang, tapi karena kesombongan para pemimpinnya.

Solusi: Amandemen dan Reformasi Sistemik Pemerintah Indonesia

Pergantian orang bukanlah jawaban. Kita butuh reformasi sistemik. Dalam hal ini, usulan untuk Amandemen Kelima UUD 1945 seperti yang disampaikan oleh Sekolah Negarawan bukan tanpa alasan.

Sekolah Negarawan mengusulkan supaya pada Indonesia mendesain ulang struktur ketatanegaraan di Indonesia. Terutama untuk mengembalikan rakyat ke kekuasaan tertinggi di negara ini dalam struktur ketatanegaraan serta memisahkan negara dan pemerintah.

Banyak pihak menilai bahwa amandemen yang dilakukan pada era reformasi justru memberi ruang terlalu besar pada liberalisasi dan dominasi partai. Menurut Prof. Yusril Ihza Mahendra, UUD 1945 yang asli memberi porsi lebih besar kepada musyawarah dan representasi rakyat secara menyeluruh, bukan hanya pemimpin partai.

Dengan konstitusi yang lebih berkeadilan, kita bisa memastikan bahwa kekuasaan benar-benar kembali ke tangan rakyat. Bukan dikuasai oleh segelintir pejabat dan pemilik modal.

Rakyat Bukan Objek, Tapi Pemilik Negeri Ini

Indonesia tidak akan benar-benar merdeka jika rakyat hanya dijadikan objek kebijakan, bukan pemilik sah negara ini. Kedaulatan rakyat bukan sekadar semboyan. Ia harus terwujud dalam anggaran, kebijakan, dan distribusi kekuasaan.

Masihkah pemerintah punya hati nurani? Kalau masih, maka seharusnya suara rakyat didengar, bukan dibungkam. Kalau tidak, maka sudah waktunya rakyat menyadari bahwa mereka punya hak bahkan kewajiban untuk mengambil kembali kedaulatan itu.

Share This Article
Whatsapp Whatsapp Email Copy Link Print
Previous Article Masa Depan Indonesia: Akankah Kita Tetap Bersatu?
Next Article Media Dibungkam Tanda Keruntuhan Demokrasi?

Berlangganan Newsletter

Berlanggananlah buletin kami untuk segera mendapatkan artikel terbaru kami!
XFollow
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
WhatsAppFollow

Top News

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) menunjukkan komitmen memperkuat kapasitas pekerja migran demi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045
Ekonomi

PNM dan Menko PM Perkuat Pekerja Migran, Partai X: Perlindungan Harus Utama!

August 12, 2025
Pemerintah

Danantara, Proyek Besar Tanpa Kontrol? Partai X Pertanyakan Transparansi

February 24, 2025
Ekonomi

Bank Emas Prabowo: Solusi Ekonomi atau Kontroversi Baru?

February 24, 2025
Berita Terkini

“Indonesia Gelap” dianggap Reaksi Kaget Rakyat Soal Kebijakan, Partai X: Prabowo Harus Dengarkan Aspirasi!

February 24, 2025

You May also Like

Berita TerkiniPemerintah

Rakyat Indonesia Akan Selalu Jadi Korban Jika Kondisinya Seperti Ini!

July 8, 2025
Pemerintah

Ormas Palak THR? Partai X Desak Pemerintah Tindak Tegas Tanpa Pandang Bulu!

March 27, 2025
ucius Karus, menyoroti keanehan mekanisme absensi di DPR RI. Ia menyebut DPR merusak logika bahasa karena anggota yang izin tetap dihitung hadir dalam rapat paripurna.
Pemerintah

Izin Tapi Dianggap Hadir, Partai X: Rapat Paripurna atau Drama Absensi Nasional?

July 7, 2025
InternasionalPemerintah

Aset Negara Nyaris Lenyap di Kasus Navayo, Partai X: Jangan Sampai Rakyat Bayar Tagihannya!

March 27, 2025
Show More
  • Berita Lain:
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Hot
  • Politics
  • Renewable Energy
Logo Berita X

Membaca Masalah, Menyajikan Solusi untuk Negeri: Sajian berita terbaru hari ini seputar politik,
hukum, kriminal, olahraga, otomotif, hingga teknologi, di Indonesia dan dunia.

Youtube Instagram X-twitter

Tentang Legalitas

Nama : PT PENERBITX INDONESIA JAYA
Nomor AHU : AHU-010653.AH.01.30.Tahun 2025
Alamat :  Muara Sarana Indah C- Jetis, Malang , Jawa Timur 
Contact Person  : 0816-633-250

  • Beriklan dengan kami
  • Privacy Policy
  • Cookie Policy
© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.