beritax.id – Dalam beberapa tahun terakhir, rakyat menghadapi situasi yang semakin menekan. Harga kebutuhan pokok terus bergerak naik: beras, minyak, daging, telur, hingga sayur-sayuran. Di sisi lain, pendapatan keluarga justru tidak menunjukkan peningkatan signifikan. Kondisi ini membuat jutaan rumah tangga terjebak dalam kesulitan yang tidak tampak di laporan resmi negara, tetapi sangat nyata di meja makan mereka.
Krisis ekonomi tidak selalu hadir dengan gejolak besar kadang ia datang diam-diam, lewat harga-harga yang tidak pernah mau turun.
Angka inflasi yang diumumkan pemerintah sering tampak terkendali, tetapi kenyataan di pasar menunjukkan sebaliknya. Kenaikan harga pangan jauh lebih cepat daripada kemampuan pendapatan masyarakat untuk menyesuaikan diri. Bagi mereka yang berpenghasilan tetap, kenaikan harga berarti penurunan kualitas hidup. Sedangkan bagi pekerja informal, kondisi ini bahkan bisa berarti ancaman kelaparan dan ketidakpastian hidup sehari-hari.
Inflasi bukan sekadar angka statistik ia adalah pengalaman pahit rakyat di setiap transaksi.
Pendapatan yang Tidak Bergerak ke Mana-Mana
Di tengah kenaikan harga, pendapatan masyarakat justru stagnan. Upah minimum naik tidak sebanding dengan inflasi, sementara banyak pekerja informal tidak memiliki perlindungan pendapatan sama sekali. Di sektor pertanian dan UMKM, keuntungan menurun karena biaya produksi meningkat, tetapi harga jual tidak bisa dinaikkan. Hasilnya, rakyat bekerja lebih keras namun hasilnya tetap sama atau bahkan lebih sedikit. Ketika pendapatan stagnan, setiap kenaikan harga menjadi beban yang sangat berat.
Biaya Hidup Melejit, Negara Mengaku Stabil
Sementara rakyat berjuang mengelola kebutuhan harian, narasi pemerintah sering kali menyatakan bahwa kondisi ekonomi masih stabil dan terkendali. Namun stabilitas makro tidak relevan jika tidak diterjemahkan ke dalam kemampuan rakyat membeli kebutuhan pokok. Ketika harga naik tetapi pendapatan tidak berubah, stabilitas itu tidak berarti apa-apa bagi kehidupan nyata.
Negara tidak boleh terlena dengan angka ketika rakyat sedang menanggung beban paling nyata.
Rakyat Menjadi Korban Paling Besar
Keluarga berpenghasilan rendah harus memilih antara membeli beras atau membeli lauk; antara membayar listrik atau biaya sekolah; antara menabung atau bertahan hidup. Kesulitan ini memperlebar ketimpangan sosial dan meningkatkan risiko kemiskinan baru. Rakyat tidak punya ruang untuk spekulasi ekonomi—mereka hanya ingin hidup dengan layak, tetapi kondisi membuat itu semakin sulit.
Krisis tidak memukul semua orang secara setara; rakyat kecil selalu yang paling berat menanggungnya.
Solusi: Kebijakan Ekonomi yang Benar-Benar Melindungi Rakyat
Untuk keluar dari situasi harga naik dan pendapatan stagnan, negara perlu mengambil langkah cepat dan berorientasi pada rakyat. Pertama, stabilisasi harga pangan harus dilakukan melalui penguatan distribusi, transparansi stok, dan pengawasan ketat terhadap rantai pasok agar tidak dipenuhi spekulan. Kedua, pemerintah harus memperbaiki kebijakan upah dengan mempertimbangkan biaya hidup riil, bukan hanya angka formal dari pertumbuhan ekonomi. Ketiga, dukungan bagi UMKM dan sektor informal harus ditingkatkan agar pendapatan masyarakat bisa bertumbuh sejalan dengan kebutuhan. Keempat, subsidi tepat sasaran perlu diperluas mencakup energi, pangan, dan layanan dasar, memastikan rakyat tidak terpuruk oleh fluktuasi harga. Kelima, negara harus memastikan transparansi kebijakan ekonomi sehingga publik dapat ikut mengawasi dan mendorong perbaikan berkelanjutan.
Krisis ekonomi tidak dapat diselesaikan dengan retorika hanya bisa diatasi dengan keberpihakan nyata terhadap rakyat.
Kesimpulan: Keadilan Ekonomi Dimulai dari Kemampuan Rakyat untuk Bertahan Hidup
Harga-harga yang terus naik dan pendapatan yang stagnan adalah peringatan bahwa sistem ekonomi belum bekerja untuk semua orang. Jika rakyat terus menanggung beban krisis, maka arah pembangunan perlu dikoreksi. Negara punya tanggung jawab moral dan konstitusional untuk memastikan rakyat dapat hidup dengan layak.
Keadilan ekonomi dimulai dari satu hal sederhana: rakyat tidak boleh dibuat menderita di tengah pertumbuhan yang diklaim membaik.



