Oleh: Rinto Setiyawan
Ketua Umum Ikatan Wajib Pajak Indonesia
Anggota Majelis Tinggi Partai X
Wakil Direktur Sekolah Negarawan X Institute
beritax.id – Budayawan nasional Emha Ainun Nadjib, yang akrab disapa Cak Nun, kembali mengingatkan pentingnya negara menjalankan fungsi utamanya yaitu mengayomi rakyat. Dalam acara Sinau Bareng yang digelar di Lapangan SMP 1 Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Jumat (7/4/2017), Cak Nun menegaskan bahwa negara yang gagal melindungi nyawa, martabat, dan harta warganya, sejatinya telah kehilangan legitimasi moralnya.
“Kalau tiga itu terpenuhi maka bereslah semua urusannya,” ujar Cak Nun di hadapan ribuan jamaah yang hadir. Menurutnya, negara yang abai terhadap tiga unsur dasar itu bukan hanya sekadar gagal secara administratif, tetapi telah batal secara moral sebagai sebuah institusi publik.
Pernyataan ini menjadi relevan di tengah meningkatnya ketimpangan sosial. Konflik hukum yang merugikan rakyat kecil, serta berbagai kasus penyelewengan kekuasaan yang mencoreng wajah birokrasi Indonesia. Cak Nun menyoroti bahwa banyak pejabat negara tidak menyadari esensi tugas mereka sebagai pelayan publik. Ketidakpekaan itu, menurutnya, bukan hanya akibat keserakahan, tapi juga buah dari sistem pendidikan nasional yang belum menyentuh aspek kesadaran diri dan pengabdian kepada bangsa.
Ia menjelaskan, sistem pendidikan Indonesia terlalu berhenti di tingkatan taklim, yakni sekadar tahu dan bisa, namun belum naik ke tingkat ta’lim (ngelmoni), ta’rif (mendalami), dan apalagi mencapai derajat ahli yang mumpuni dalam kebijaksanaan. Akibatnya, banyak elite yang cepat merasa mampu hanya karena menguasai pengetahuan teknis, tanpa kedalaman nilai dan etika kepemimpinan.
“Pendidikan kita baru sampai tingkatan taklim dan sudah merasa puas, padahal masih ada banyak tingkatan yang lebih tinggi,” ujar suami Novia Kolopaking ini.
Negara Kehilangan Jati Diri
Dalam pandangannya, krisis negara hari ini bukan semata krisis ekonomi atau politik, tetapi krisis tanggung jawab moral. Negara kehilangan jati dirinya ketika tidak mampu menjadi tempat berlindung bagi rakyat. Negara menjadi “batal” dalam arti moral jika aparatnya malah menjadi ancaman. Jika keadilan menjadi barang mahal, dan jika kekuasaan dibajak oleh ambisi pribadi.
Kepada generasi muda, Cak Nun juga berpesan agar tidak memiliki ambisi untuk menjadi penguasa. Pemuda, menurutnya, harus sibuk memperbaiki diri dan menebar kemaslahatan, bukan mengejar tahta dan panggung kekuasaan.
“Seseorang dihargai bukan karena ucapannya, tetapi perbuatannya. Buat hal baik dan biarkan orang yang menilaimu dan memintamu memimpin mereka,” tuturnya bijak.
Seruan moral Cak Nun ini menjadi pengingat penting di tengah krisis kepercayaan publik terhadap negara. Bahwa esensi negara bukan sekadar kekuasaan yang diperebutkan, tetapi amanat besar untuk mengayomi kehidupan rakyat. Dan negara yang gagal menjalankan tugas itu, sejatinya telah kehilangan hak moral untuk memerintah.