Oleh: Rinto Setiyawan
Rinto Setiyawan adalah Ketua Umum Ikatan Wajib Pajak Indonesia, Anggota Majelis Tinggi Partai X, dan Wakil Direktur Sekolah Negarawan X Institute.
beritax.id – Cak Nun, sosok budayawan dan spiritualis bangsa, pernah menyampaikan dengan sangat lugas dan metaforis bahwa kita harus “jadi mbah-nya iblis” untuk bisa melawan iblis yang kini telah menguasai sistem negara. Ungkapan ini tentu bukan sekadar kiasan retoris, melainkan seruan mendalam untuk memahami kondisi spiritual, sosial, dan politik negeri ini.
Iblis dalam Negara
Dalam konteks negara Indonesia, “iblis” adalah metafora bagi para penguasa rakus, oligarki, koruptor, dan oknum yang merusak tatanan hukum serta merampas kedaulatan rakyat. Mereka membajak kebijakan demi kepentingan pribadi atau golongan. Para pejabat yang seharusnya menjadi pelayan rakyat justru berubah menjadi predator yang menghisap darah rakyat kecil. Pejabat pajak yang memeras, bea cukai yang manipulatif, aparat hukum yang bertransaksi keadilan, hingga pemimpin daerah yang menukar amanah dengan rente proyek—mereka inilah “iblis-iblis” kontemporer.
Dajjal dalam Sistem Global
Cak Nun juga menyinggung “Dajjal” sebagai tata nilai global yang menipu. Demokrasi yang katanya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, nyatanya dikendalikan modal dan kelompok pejabat. Sistem ekonomi global yang seolah menjanjikan kesejahteraan justru menjerumuskan negara berkembang pada ketergantungan utang dan krisis identitas. Dajjal adalah simbol penyesatan kolektif, yang membalik antara surga dan neraka, kebaikan dan keburukan.
Yakjuj dan Makjuj: Penyerbu Tanpa Batas
Selain iblis dan Dajjal, Cak Nun juga memperingatkan akan Yakjuj dan Makjuj: kekuatan destruktif yang menyerbu tanpa moral, tanpa etika, tanpa kepedulian pada peradaban manusia. Mereka bisa hadir dalam bentuk teknologi yang meluluhlantakkan nilai kemanusiaan, kapitalisme digital yang menggerus budaya lokal, atau arus informasi yang memecah belah bangsa.
Mengapa Kita Harus Jadi “Mbah-nya Iblis”?
Cak Nun menjelaskan bahwa iblis adalah malaikat senior (Zul Jannah) yang pernah sangat taat sebelum jatuh karena kesombongan. Maka “jadi mbah-nya iblis” berarti memiliki tingkat spiritualitas, keteguhan, dan keluwesan yang jauh melebihi tipu daya iblis sendiri. Artinya, kita harus punya kecerdasan spiritual (fathanah), kejujuran murni (siddiq), amanah sejati, dan keberanian menyampaikan kebenaran (tabligh).
Ketika sistem negara telah dibajak oleh “iblis”, kita tidak cukup hanya menjadi manusia baik yang pasrah. Kita harus menjadi lebih tinggi: menjadi “mbah-nya iblis”, punya ketajaman visi, strategi, dan kemampuan taktis untuk menyusup, mengurai, dan menaklukkan sistem yang telah disusupi iblis.
Kanzul Jannah: Sumber Hikmah
Cak Nun menyebut bahwa mbah-nya iblis adalah malaikat senior, kadang disebut Kanzul Jannah, bendaharawan surga, simbol kemurnian dan keagungan spiritual. Dalam konteks membenahi negara, kita perlu mengambil spirit ini: menyelami kebeningan batin, meneguhkan niat suci, dan melampaui kepentingan pribadi. Ini fondasi yang akan memampukan kita mewujudkan gagasan Konstitusi Langit yang diimpikan Cak Nun.
Seruan Final: Lawan Iblis, Wujudkan Konstitusi Langit
Negara ini membutuhkan revolusi spiritual dan struktural. Bukan revolusi yang meneteskan darah, tetapi revolusi yang membasuh batin bangsa. Kita harus berani menjadi pemimpin yang lebih “tua” dari iblis, artinya lebih bijak, lebih berilmu, dan lebih sabar.
Jika kita hanya diam, sistem yang dikuasai iblis, Dajjal, Yakjuj dan Makjuj akan terus menindas rakyat. Sebaliknya, bila kita menjadi “mbah-nya iblis”, kita akan mampu menundukkan muslihat mereka dengan cahaya kebenaran dan kasih sayang.
Mari kita bersatu menjadi barisan eksekutor gagasan Konstitusi Langit, memulihkan kedaulatan rakyat, dan membawa Indonesia menuju peradaban yang adil dan berdaulat penuh.
Tabel Perbedaan Iblis, Dajjal, Yakjuj, Makjuj, dan Kanzul Jannah
Nama | Sifat Utama | Perumpamaan dalam Negara | Contoh Figur/Peran |
Iblis | Sombong, pembangkang, ahli tipu daya, menggoda dari dalam. | Elite korup, oknum pejabat yang merusak sistem demi kekuasaan pribadi. | Pejabat pajak/bea cukai korup, mafia hukum, oligarki politik. |
Dajjal | Penipu besar, pengendali ilusi massal, memutarbalikkan kebenaran. | Sistem global dan narasi palsu yang menipu rakyat agar tetap lemah. | Korporasi multinasional, modal asing, agenda neoliberal. |
Yakjuj | Ekspansif, rakus, destruktif, perusak fisik. | Mafia ekonomi dan birokrasi yang menggerogoti anggaran negara. | Mafia APBN, perampas tambang, mafia pangan dan energi. |
Makjuj | Super destruktif, barbar, memecah masyarakat. | Arus budaya merusak, polarisasi sosial, provokasi konflik. | Media provokatif, kampanye radikal, tren hedonisme. |
Kanzul Jannah (Mbah-nya Iblis) | Malaikat senior, “Bendaharawan Surga”, penjaga amanah, pelindung kebenaran, sumber energi ilahiah. | Rakyat berjiwa negarawan sejati yang berfungsi seperti “pemurni” bangsa, menjaga keseimbangan dan membersihkan sistem. | Majelis Rakyat Sejati, MPR berbasis rakyat berjiwa siddiq, pemimpin meritokratis, eksekutor Konstitusi Langit. |