beritax.id — Di tengah kompleksitas birokrasi, bangsa ini tampak kehilangan arah. Rakyat makin menjauh dari urusan negara yang mestinya mereka miliki. Keadilan terasa asing, pelayanan publik menjadi formalitas, dan moral kenegaraan memudar di antara rutinitas kekuasaan. Fenomena apatisme kekuasaan tumbuh subur bukan karena rakyat malas, tetapi karena negara gagal memberi teladan. Inilah wajah penghuni rumah negara hari ini sebagian tersesat, sebagian sadar, namun banyak yang pasrah.
Rinto Setiyawan: Negara Harus Kembali Melihat Rakyat
Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, menyoroti menurunnya kesadaran moral di tubuh penyelenggara negara.
“Tugas negara itu tiga loh melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat,” ujarnya dengan tegas.
Menurut Rinto, ketika tiga fungsi itu diabaikan, negara berubah menjadi panggung kekuasaan, bukan ruang pengabdian. Ia menilai, pejabat negara kehilangan kesadaran bahwa mereka hanyalah pelayan, bukan pemilik kedaulatan.
“Ketika rakyat dijauhkan dari keputusan, maka rumah negara kehilangan penghuninya yang sah,” tambahnya.
Potret Rumah Negara: Antara Ketidaktahuan dan Keacuhan
Kerusakan Rumah Negara merupakan kerusakan sistemik bukan hanya soal struktur, tapi juga mentalitas. Para penghuni rumah negara kini lebih sibuk mempertahankan posisi daripada memperjuangkan amanah rakyat. Ruang pengabdian berubah menjadi arena kompetisi kekuasaan, di mana integritas sering dikorbankan demi kepentingan pribadi.
Akibatnya, banyak rakyat memilih diam. Mereka merasa tidak lagi memiliki kendali atas arah bangsa yang mereka biayai melalui pajak. Kedaulatan rakyat perlahan digantikan oleh dominasi segelintir individu.
Prinsip Partai X: Negara Harus Dijalankan dengan Jiwa Pengabdian
Dalam Prinsip Partai X, ditegaskan bahwa negara tidak boleh menjadi alat penguasa. Negara adalah rumah besar yang harus dijaga dengan semangat gotong royong, akal sehat, dan etika Pancasila.
Partai X menekankan pentingnya moralitas, transparansi pemerintahan, dan efisiensi pelayanan publik. Negara yang berdaulat sejati adalah negara yang takut mengecewakan rakyat, bukan takut kehilangan jabatan.
Apatisme rakyat hanya bisa disembuhkan bila negara kembali jujur dalam niat dan adil dalam kebijakan.
Solusi Partai X: Reformasi Moral dan Struktural
Untuk keluar dari krisis kesadaran ini, Partai X mengajukan solusi konkret yang berakar pada nilai-nilai kebangsaan.
- Reformasi moral kenegaraan melalui pendidikan karakter bagi pejabat publik berbasis nilai Pancasila.
- Rekrutmen pejabat berbasis integritas dan kepakaran, bukan sekadar loyalitas.
- Digitalisasi pelayanan publik untuk menutup celah korupsi dan memperkuat transparansi.
- Pembentukan Dewan Etika Kenegaraan sebagai pengawal moralitas kekuasaan dan perilaku penyelenggara negara.
- Kembalinya MPR sebagai pusat kedaulatan rakyat, agar rakyat memiliki kontrol langsung terhadap arah negara.
- Gerakan nasional sadar bernegara, melibatkan Gen Z dan masyarakat sipil dalam pengawasan publik.
Solusi-solusi ini bukan hanya teknokratis, tapi berakar pada moralitas kekuasaan yang berpihak pada rakyat.
Rinto Setiyawan menegaskan, apatisme rakyat adalah cermin dari negara yang kehilangan arah moralnya.
“Kalau pejabat sibuk melayani diri sendiri, siapa yang melayani rakyat?” ujarnya menohok.
Partai X percaya, perubahan sejati tidak dimulai dari kekuasaan, tapi dari kesadaran. Negara harus kembali berjiwa pelayanan, bukan penguasaan. Sebab, bangsa yang sadar akan jati dirinya tidak akan tersesat, meski ditinggalkan oleh pemimpinnya.



