beritax.id – Ajudan Presiden ke-7 RI Joko Widodo menyampaikan kondisi fisik Jokowi mengalami perubahan akibat alergi. Ia menyatakan kondisi kulit Presiden terlihat memburuk, namun secara fisik tidak ada masalah besar. Pernyataan ini muncul usai Jokowi pulang dari kunjungan ke Vatikan menghadiri pemakaman Paus Fransiskus.
Menurut Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah, peradangan yang terjadi akibat alergi sudah membaik. Namun publik telanjur bertanya-tanya, terutama karena penampilan fisik Jokowi tampak berbeda saat menyapa masyarakat di hari ulang tahunnya. Isu autoimun pun mencuat, meskipun belum dikonfirmasi pihak medis secara resmi.
Partai X: Negara Harus Lebih Peka terhadap Luka Sosial
Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X-Institute, Prayogi R Saputra, menanggapi isu ini dengan mengingatkan fungsi dasar negara. Negara bukan hanya mengurusi pemulihan fisik pemimpinnya, melainkan juga harus peka terhadap derita rakyat yang jauh lebih besar.
“Yang perlu disembuhkan bukan cuma kulit Presiden, tapi sensitivitas negara terhadap luka rakyat,” tegas Prayogi. Ia menyoroti bahwa rakyat saat ini justru lebih sering dihadapkan pada negara yang kehilangan rasa terhadap jeritan wong cilik.
Prinsip Partai X: Kepemimpinan Harus Berdiri di Atas Empati
Partai X menekankan bahwa pemimpin adalah cermin bangsa. Maka, kesehatan seorang pemimpin memang penting, tapi jauh lebih penting adalah kehadiran negara dalam menjamin kesejahteraan dan keadilan sosial.
Dalam dokumen prinsip Partai X, disebutkan bahwa pemimpin harus hadir sebagai pelayan rakyat, bukan penguasa yang menunggu belas kasihan.
Negara tak boleh hanya terlihat kuat secara fisik, tapi rapuh dalam keberpihakan pada yang lemah.
Solusi Partai X: Pemulihan Etika dan Kepedulian Negara
Sebagai solusi, Partai X menyerukan pentingnya pemulihan moral dan etika dalam kepemimpinan. Pemulihan bukan dalam bentuk citra, tetapi dalam bentuk keberpihakan pada rakyat kecil. Negara harus mulai membuka mata terhadap persoalan yang lebih besar: kemiskinan, ketimpangan, pengangguran, dan harga pangan yang melonjak.
Program Sekolah Negarawan Partai X telah menyiapkan rumusan etika kepemimpinan berbasis empati dan pengabdian. Di dalamnya, para calon pemimpin diajarkan bahwa mendengar jeritan rakyat jauh lebih penting daripada mempercantik pidato.
Rakyat Butuh Pemimpin yang Hadir, Bukan Sekadar Disembuhkan
Prayogi menutup pernyataan dengan kritik yang tajam, “Tak ada yang salah dengan sakit fisik. Tapi jika negara tidak segera menyembuhkan kebutaan moral atas kesengsaraan rakyat, maka yang benar-benar sakit adalah nurani kekuasaan itu sendiri.”
Partai X menegaskan, Indonesia memerlukan pemimpin yang bukan hanya kuat secara fisik, tapi juga kuat dalam mendengar, melayani, dan memperjuangkan rakyat. Karena pemulihan sejati, adalah ketika negara kembali peduli.