beritax.id – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencatat skor Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024 hanya mencapai angka 69,05. Skor tersebut dikategorikan sebagai “korektif”, atau belum menyentuh level adaptif, kuat, apalagi tangguh dalam hal pendidikan antikorupsi.
Ketua KPK Setyo Budiyanto menjelaskan tiga dimensi perbaikan yang jadi fokus evaluasi: karakter individu, ekosistem pendidikan, dan tata kelola. “Ini menjadi dasar untuk mengubah wajah pendidikan menjadi lebih berintegritas,” ujarnya saat konferensi pers di Gedung Edukasi Antikorupsi KPK, Kamis (24/4).
Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X-Institute, Prayogi R Saputra, menilai skor 69,05 bukan sebuah pencapaian, tapi peringatan keras. “Kalau nilai pendidikan angka 69, itu tandanya butuh remedial. Jangan dibanggakan seolah sudah beres,” tegas Prayogi.
Ia mengingatkan bahwa tugas pemerintah dalam pendidikan bukan sekadar membentuk sistem. “Tugas negara itu tiga loh, melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Tapi kalau integritas pendidikan mentok begini, mana yang dijalankan?” katanya.
Karakter Tak Terbentuk, Ekosistem Tak Mendukung, Tata Kelola Tak Serius
Prayogi menyoroti dimensi karakter yang disebut KPK sebagai masalah utama. “Anak-anak belajar nilai integritas dari lingkungan. Tapi kalau sistemnya permisif, pembiasaan hanya jadi formalitas,” ujarnya.
Ia mempertanyakan keseriusan negara membangun ekosistem pendidikan yang mendukung integritas. “Kalau pemangku kepentingan tidak bergerak serempak, siswa hanya akan mendapat slogan, bukan teladan nyata,” katanya.
Dalam aspek tata kelola, Partai X menilai kondisi sekarang menggambarkan kegagalan sistemik. “Evaluasi menyeluruh itu penting, tapi jangan berhenti di workshop dan seminar. Harus sampai ke perubahan nyata di sekolah,” tutur Prayogi.
Partai X menegaskan bahwa skor integritas yang mentok harus ditindaklanjuti dengan langkah berani. Prayogi menyerukan audit menyeluruh pada sistem pendidikan nasional. “Kita butuh reformasi dari hulu ke hilir. Jangan sampai integritas hanya jargon tiap 21 April,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa pendidikan berintegritas tidak bisa lahir dari sistem yang dikuasai birokrasi usang dan kepentingan pejabat sesaat. “Jika integritas di sekolah lemah, maka generasi masa depan akan tumbuh dengan nilai yang rapuh,” jelasnya.
Prinsip Partai X: Kritis, Objektif, dan Solutif untuk Masa Depan Pendidikan
Sebagai partai yang menjunjung prinsip kritis, objektif, dan solutif, Partai X menyerukan reformasi konkret. “Perbaikan karakter tidak cukup dengan kurikulum. Harus ada keteladanan dari guru, kepala sekolah, bahkan pejabat pendidikan,” kata Prayogi.
Ia menambahkan bahwa tata kelola pendidikan harus berpihak pada anak didik, bukan pada regulasi yang membingungkan. “Pendidikan seharusnya jadi tempat membentuk masa depan, bukan tempat pembiasaan manipulasi dan budaya diam,” tuturnya.
Partai X menegaskan bahwa pendidikan adalah jantung masa depan bangsa. Jika integritasnya lemah, maka bangsa ini akan gagal tumbuh secara utuh. “Remedial ini bukan soal nilai semata, tapi soal keberanian negara memperbaiki diri secara serius,” pungkas Prayogi.