beritax.id – Pentagon secara resmi mengumumkan bahwa Amerika Serikat (AS) siap berperang dengan China jika diperlukan. Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan perang dagang antara kedua negara, yang semakin memanas setelah keputusan pemerintahan Donald Trump untuk menggandakan tarif impor China.
Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, dalam wawancaranya dengan Fox News, menegaskan bahwa AS harus siap menghadapi segala bentuk konfrontasi dengan China, termasuk kemungkinan perang.
AS-China di Ambang Perang? Eskalasi Perang Dagang yang Memanas
Pernyataan keras Pentagon ini muncul setelah China mengancam akan membalas kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan AS terhadap barang-barang asal China.
Trump baru-baru ini menggandakan tarif impor China dari 10% menjadi 20%, di luar tarif tambahan hingga 25% yang sudah dikenakan sejak 2018 dan 2019.
Sebagai tanggapan, China mengumumkan tarif balasan sebesar 10%-15% pada produk pertanian dan makanan asal AS serta membatasi ekspor dan investasi terhadap 25 perusahaan Amerika.
Dampak Perang bagi Indonesia: Ekonomi dan Keamanan Bisa Terancam?
Sebagai negara yang memiliki hubungan ekonomi kuat dengan AS maupun China, Indonesia tidak akan terhindar dari dampak perang dagang maupun eskalasi militer yang mungkin terjadi.
Menurut Prayogi R. Saputra, Direktur X-Institute dan perwakilan Partai X, konflik ini bisa mengguncang stabilitas ekonomi dan keamanan Indonesia dalam beberapa aspek berikut:
1. Dampak terhadap Ekonomi Indonesia
- Gangguan pada Rantai Pasok Global
Perang dagang AS-China bisa memperlambat ekspor dan impor Indonesia, terutama di sektor elektronik, tekstil, dan pertanian, yang bergantung pada bahan baku dari kedua negara tersebut. - Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah
Ketegangan ini sering kali berdampak pada nilai tukar mata uang negara berkembang. - Potensi Pelemahan Investasi Asing
Jika situasi terus memburuk, investor global bisa menunda investasi di kawasan Asia, termasuk Indonesia, yang bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.
2. Risiko Keamanan
- Meningkatnya Ketegangan di Laut China Selatan
AS dan China telah lama bersaing dalam menguasai Laut China Selatan. Jika konflik semakin memanas, Indonesia bisa terseret dalam ketegangan regional. Terutama di perairan Natuna yang berdekatan dengan jalur strategis perdagangan global. - Ancaman terhadap Stabilitas ASEAN
Negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, selama ini berusaha menjaga keseimbangan dalam hubungan dengan AS dan China. Namun, jika situasi memanas, Indonesia harus memilih strategi yang tepat agar tidak terjebak dalam konflik kekuatan besar.
Partai X: Indonesia Harus Bersikap Netral dan Cermat dalam Diplomasi
Menanggapi situasi ini, Prayogi R. Saputra menegaskan bahwa Indonesia harus mengambil langkah strategis untuk melindungi kepentingan nasional di tengah eskalasi AS-China.
“Indonesia tidak boleh terseret dalam konflik global ini. Kita harus memastikanmhubungan diplomatik tetap netral, sekaligus mencari peluang ekonomi di tengah perang dagang,” ujar Prayogi dalam keterangannya, Rabu (5/3).
“Indonesia harus lebih aktif dalam diplomasi regional untuk mencegah ketegangan semakin meluas. Jika konflik ini dibiarkan tanpa strategi yang jelas, maka perekonomian dan keamanan kita akan berada dalam ancaman besar,” tegas Prayogi.