beritax.id – Pasar modal Indonesia tengah mengalami gejolak hebat. Dalam sepekan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 4,67%, sementara investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp19 triliun sejak awal tahun 2025.
Di tengah ketidakstabilan ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kini tengah mengkaji kebijakan buyback saham tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meredam tekanan jual yang berlebihan di pasar.
Menurut Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kembali kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia.
“Tentunya yang diharapkan adalah menjaga confidence di pasar,” ujar Jeffrey dalam konferensi pers di Gedung BEI, Senin (3/3).
IHSG Tersungkur, OJK Siapkan Jurus Buyback
Demi meredam tekanan jual, OJK sedang mengkaji kemudahan bagi emiten untuk melakukan buyback saham tanpa harus melalui RUPS.
Menurut Jeffrey, langkah ini bisa meningkatkan permintaan saham dan pada akhirnya menaikkan harga saham yang tertekan.
“Kalau memang ada program buyback, tentu diharapkan harga sahamnya akan naik karena ada peningkatan permintaan di pasar,” jelasnya.
Selain itu, OJK dan BEI juga menunda sementara aktivitas short selling di pasar modal guna mengurangi tekanan jual yang berlebihan.
“Kalau short selling ditunda, tentu itu diharapkan mengurangi suplai jangka pendek,” tambah Jeffrey.
Namun, apakah langkah ini cukup untuk membalikkan sentimen negatif investor? Ataukah ada persoalan lebih besar yang belum terselesaikan?
Partai X: Jangan Hanya Gimmick! Siapa yang Bertanggung Jawab?
Di tengah situasi ini, Prayogi R. Saputra, Direktur X-Institute sekaligus perwakilan Partai X, menegaskan bahwa kebijakan buyback saham dan penundaan short selling tidak boleh sekadar menjadi gimmick pasar tanpa solusi jangka panjang.
“Investor asing terus keluar, IHSG terus melemah, dan pasar modal semakin bergejolak. Siapa yang harus bertanggung jawab atas ini? Jangan hanya berfokus pada kebijakan jangka pendek tanpa melihat akar masalah yang lebih besar,” tegas Prayogi dalam keterangannya, Selasa (4/3).
Menurutnya, pasar modal yang sehat harus dibangun dengan fundamental ekonomi yang kuat, bukan hanya melalui kebijakan buyback yang bersifat sementara.
Partai X menekankan bahwa kebijakan ekonomi harus dijalankan secara efektif, efisien, dan transparan demi menjaga stabilitas jangka panjang. Oleh karena itu, Prayogi meminta agar pemerintah dan otoritas keuangan mengevaluasi lebih dalam penyebab utama keluarnya investor asing dari pasar modal Indonesia.
“Apakah ini hanya karena faktor global? Atau ada kebijakan domestik yang justru membuat investor enggan bertahan?” tanyanya.
Kesimpulan: Reformasi Pasar Modal Harus Berkelanjutan
Gejolak yang terjadi di pasar modal saat ini tidak boleh hanya diatasi dengan solusi jangka pendek seperti buyback saham.
Partai X menekankan pentingnya transparansi dan kebijakan yang benar-benar berpihak pada investor ritel dan ekonomi nasional.