beritax.id – Penjualan mobil listrik mengalami tren penurunan, termasuk bagi raksasa otomotif Volvo Cars yang mencatat penurunan penjualan mobil listrik murni hingga 15% pada Februari 2025.
Dilansir dari Reuters, Volvo Cars melaporkan bahwa meskipun total penjualannya naik 1% menjadi 50.662 unit. Tetapi kendaraan listrik justru mengalami kemunduran signifikan. Saat ini, kendaraan listrik hanya menyumbang 18% dari total penjualan Volvo. Sementara kendaraan elektrifikasi secara keseluruhan (termasuk hybrid dan plug-in hybrid) juga turun 3%, atau hanya menyumbang 43% dari total penjualan.
Fenomena ini menjadi sinyal bahwa adopsi kendaraan listrik global belum mencapai titik optimal, dan pasar masih menghadapi berbagai tantangan.
Mengapa Penjualan Mobil Listrik Menurun?
Meskipun kendaraan listrik dianggap sebagai masa depan industri otomotif, beberapa faktor masih menghambat pertumbuhannya.
Pertama, persaingan industri yang semakin ketat membuat beberapa produsen mobil listrik kesulitan bersaing dengan harga dan teknologi yang terus berkembang. Produsen dari China seperti BYD dan Geely, misalnya, menawarkan harga yang jauh lebih kompetitif dibandingkan merek Eropa dan Amerika.
Kedua, dukungan kebijakan yang belum maksimal menjadi kendala bagi pertumbuhan kendaraan listrik. Subsidi dan insentif dari pemerintah di berbagai negara sering kali tidak cukup untuk mendorong masyarakat beralih dari kendaraan konvensional ke listrik.
Ketiga, kurangnya infrastruktur pendukung, seperti stasiun pengisian daya yang masih terbatas. Sehingga menjadi faktor utama yang menghambat adopsi kendaraan listrik, terutama di negara-negara berkembang.
Keempat, biaya produksi dan harga jual kendaraan listrik yang masih relatif tinggi dibandingkan mobil berbahan bakar fosil membuat masyarakat berpikir dua kali sebelum melakukan peralihan.
Partai X: Ada yang Salah dalam Kebijakan Pemerintah?
Menanggapi tren penurunan penjualan mobil listrik ini, Ketua Umum Partai X, Erick Karya, mempertanyakan efektivitas kebijakan pemerintah dalam mendorong industri kendaraan listrik.
“Kami melihat ada kesalahan strategi dalam kebijakan kendaraan listrik. Pemerintah gencar mendorong mobil listrik, tetapi tidak memastikan kesiapan ekosistem pendukungnya. Ini membuat adopsi mobil listrik berjalan lambat dan akhirnya pasar malah lesu,” ujar Erick dalam keterangannya, Rabu (5/3).
Menurut Prinsip Partai X, kebijakan industri harus dijalankan secara efektif, efisien, dan transparan, sehingga dampaknya benar-benar dirasakan oleh masyarakat.
“Jangan sampai kebijakan ini hanya sekadar wacana tanpa eksekusi nyata. Pemerintah harus memastikan bahwa transisi ke kendaraan listrik benar-benar dilakukan dengan strategi yang matang,” tegas Erick.
Perlu Kebijakan yang Lebih Matang dan Terarah
Lesunya pasar mobil listrik menunjukkan bahwa ada kebijakan yang belum berjalan optimal dalam mendukung ekosistem kendaraan listrik.
Partai X menekankan bahwa pemerintah harus segera melakukan perbaikan kebijakan agar kendaraan listrik benar-benar bisa menjadi solusi, bukan sekadar tren sesaat yang akhirnya gagal berkembang.
“Kami akan terus mengawal kebijakan ini. Jangan sampai industri kendaraan listrik yang seharusnya menjadi masa depan, justru terhambat oleh ketidaksiapan pemerintah dalam membangun ekosistem yang mendukung,” pungkas Erick.