By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Saturday, 27 December 2025

Wawasan eksklusif, data, dan analisis untuk para NEGARAWAN

Jelajahi Sekarang
Logo Berita X
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Berita Terkini
  • Pilihan Editor
  • Kategori Berita
    • Agama
    • Berita Terkini
    • Ekonomi
    • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Internasional
    • Kriminal
    • Pemerintah
    • Pendidikan
    • Seputar Pajak
    • Sosial
    • Teknologi
Font ResizerAa
  • Internasional
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Seputar Pajak
  • Agama
  • Ekonomi
  • Kriminal
  • Sosial
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
Font ResizerAa
Berita XBerita X
  • Berita Terkini
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Pemerintah
  • Teknologi
Cari Artikel
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Berita Terkini
  • Ekonomi
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Pendidikan
  • Kriminal
© 2025 beritax.id - All Rights Reserved.
Berita X > Blog > Pemerintah > Biaya Demokrasi Dipersoalkan, Biaya Kekuasaan Dihalalkan
Pemerintah

Biaya Demokrasi Dipersoalkan, Biaya Kekuasaan Dihalalkan

Diajeng Maharani
Last updated: December 23, 2025 12:38 pm
By Diajeng Maharani
Share
4 Min Read
SHARE

beritax.id – Isu mahalnya biaya demokrasi kembali mengemuka dalam wacana pemerintahan di Indonesia. Banyak pihak mengkritik tingginya ongkos yang harus dikeluarkan selama proses elektoral, dari pencalonan hingga kampanye, sehingga menjadi beban yang berat bagi calon dan partai yang bukan berasal dari kelompok pejabat ekonomi. Biaya yang tinggi dianggap memperbesar peluang oligarki dan korupsi. Hal ini termasuk memicu mencari “balik modal” setelah terpilih demi menutupi pengeluaran kampanye yang menggunung. 

Tuntutan publik agar biaya demokrasi bisa dipangkas dan pemerintahan lebih efisien menunjukkan keresahan rakyat terhadap ketidakseimbangan ini.

Aksi Publik dan Puncak Ketidakpuasan

Respons publik atas biaya kekuasaan yang tampak berlebihan bukan sekadar wacana. Demonstrasi besar-besaran terjadi di depan gedung parlemen Jakarta pada Agustus 2025 setelah munculnya kabar tunjangan besar bagi anggota DPR. Termasuk rencana tunjangan perumahan yang nilainya jauh di atas Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Aksi ini bukan hanya soal angka tunjangan, tetapi simbol ketidakadilan: di saat rakyat berjuang dengan biaya hidup tinggi dan pengangguran yang menjadi persoalan sehari-hari. Pejabat tampak lebih sibuk mengatur keuntungan mereka sendiri.

Biaya demokrasi yang tinggi juga terlihat dalam praktik pencalonan dan kampanye. Untuk bertarung dalam Pilkada atau pemilu legislatif, calon sering kali dihadapkan pada tuntutan biaya besar untuk “mengamankan” dukungan partai dan memenangkan kontestasi. Studi menunjukkan bahwa pencalonan kepala daerah bisa menelan biaya puluhan hingga ratusan miliar rupiah. Hal ini jauh di atas kemampuan pendapatan publik pada umumnya. 

Fenomena ini bukannya tidak berdampak: bagi banyak calon, sumber modal ini mendorong kecenderungan kompensasi melalui praktik yang tidak sehat setelah menjabat.

Kesenjangan Antara Publik dan Kekuasaan

Sementara rakyat mempermasalahkan biaya demokrasi dan tuntutan keterbukaan, biaya kekuasaan justru tampak diberi ruang legitimasi. Anggota legislatif memiliki potensi fasilitas dan tunjangan yang jauh melampaui standar kehidupan mayoritas rakyat.
Narasi pemerintah sering berbicara tentang perlunya rakyat berhemat dan memahami situasi ekonomi nasional, tetapi kurang memberi penjelasan transparan atas keputusan anggaran yang memberi keuntungan pada pejabat

You Might Also Like

Presiden adalah Karyawan Rakyat
Pengadilan Pajak: Tipu-Tipu Keadilan di Balik Target APBN?
OJK Sebut Likuiditas Perbankan Kuat, Partai X: Bank Kaya, Rakyat Tetap Miskin!
Ketua MPR: Prabowo Wujudkan Demokrasi Ekonomi, Partai X: Ekonominya Demokratis, Tapi Rakyatnya Masih Miskin

Kesenjangan ini menimbulkan kesan bahwa biaya demokrasi dipersoalkan rakyat, sedangkan biaya kekuasaan dihalalkan oleh sistem pemeribntahan itu sendiri.

Krisis Kepercayaan Publik

Ketidakselarasan antara tuntutan publik dan praktik biaya kekuasaan memperlemah kepercayaan rakyat terhadap institusi demokrasi. Ketika rakyat merasakan beban biaya hidup meningkat  dampak krisis ekonomi yang meluas dan demonstrasi massal mencerminkan kegerahan publik terhadap kebijakan yang dianggap tidak berpihak pertanyaan tentang legitimasi sistem pun menguat. Demokrasi tidak akan bertahan jika rakyat merasa suaranya hanya diminta waktu pemilu, tetapi tidak dihargai dalam proses dan kebijakan setelahnya.

Solusi: Mengurangi Biaya dan Menegakkan Akuntabilitas Anggaran Publik

Untuk memperbaiki ketimpangan ini, negara perlu memulai reformasi menyeluruh terhadap sistem pembiayaan demokrasi dan pejabat kekuasaan. Pertama, transparansi finansial dalam setiap fase demokrasi harus diwajibkan, termasuk publikasi real-time atas biaya kampanye, sumber pendanaan, dan pengeluaran. Kedua, batasan pengeluaran kampanye yang realistis dan dikelola ketat perlu ditegakkan untuk menekan biaya tinggi yang mendistorsi proses demokrasi.

Ketiga, evaluasi menyeluruh terhadap fasilitas, tunjangan, dan remunerasi pejabat publik perlu dilakukan menyesuaikan standar dengan kemampuan ekonomi nasional dan mempertimbangkan keadilan sosial.
Keempat, mekanisme partisipasi publik dalam perumusan anggaran harus diperluas agar rakyat dapat menilai dan memberi masukan terhadap kebijakan yang menentukan biaya kekuasaan.
Kelima, penegakan hukum anti-korupsi yang independen dan kuat harus diprioritaskan guna mencegah kompensasi biaya lewat praktik korupsi setelah pejabat terpilih.

Biaya demokrasi boleh dipersoalkan, tetapi biaya kekuasaan tidak boleh dihalalkan tanpa akuntabilitas dan legitimasi publik.

TAGGED:Berita Trending
Share This Article
Whatsapp Whatsapp Email Copy Link Print
Previous Article MK Dorong Uji UU Tipikor, Jangan Biarkan Korupsi Merajalela!

Berlangganan Newsletter

Berlanggananlah buletin kami untuk segera mendapatkan artikel terbaru kami!
XFollow
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
WhatsAppFollow

Top News

Pemerintah

Danantara, Proyek Besar Tanpa Kontrol? Partai X Pertanyakan Transparansi

February 24, 2025
Ekonomi

Bank Emas Prabowo: Solusi Ekonomi atau Kontroversi Baru?

February 24, 2025
Berita Terkini

“Indonesia Gelap” dianggap Reaksi Kaget Rakyat Soal Kebijakan, Partai X: Prabowo Harus Dengarkan Aspirasi!

February 24, 2025
Ekonomi

Heboh Seruan Tarik Dana dari Bank Karena Danantara, Partai X Soroti Transparansi

February 24, 2025

You May also Like

Dividen Terselubung: Cara Nakal Biar Gak Bayar Pajak? Yuk Bedah Faktanya!
Seputar Pajak

Dividen Terselubung: Cara Nakal Biar Gak Bayar Pajak? Yuk Bedah Faktanya!

July 28, 2025
Sosial

Becak Listrik Diambil di Jalan, Bantuan Harus Tepat Sasaran!

December 23, 2025
Pendidikan

Generasi Baru Terancam Jika Pendidikan Tidak Mengajarkan Kedaulatan Rakyat

December 4, 2025
Seputar Pajak

IWPI: Terkait Coretax, Luhut ‘Lawan’ perintah Presiden Prabowo?

June 13, 2025
Show More
  • Berita Lain:
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Hot
  • Politics
  • Renewable Energy
  • Yudizaman
  • Hotel Ayani
  • CV Hotel Wisata
Logo Berita X

Membaca Masalah, Menyajikan Solusi untuk Negeri: Sajian berita terbaru hari ini seputar politik,
hukum, kriminal, olahraga, otomotif, hingga teknologi, di Indonesia dan dunia.

Youtube Instagram X-twitter

Tentang Legalitas

Nama : PT PENERBITX INDONESIA JAYA
Nomor AHU : AHU-010653.AH.01.30.Tahun 2025
Alamat :  Muara Sarana Indah C- Jetis, Malang , Jawa Timur 
Contact Person  : 0816-633-250

  • Beriklan dengan kami
  • Privacy Policy
  • Cookie Policy
© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.