beritax.id – Indonesia bisa seperti analogi sebuah pohon. Dari akar hingga buah, setiap bagian mewakili elemen penting negara dasar nilai, hukum, kebijakan, dan kesejahteraan rakyat. Melalui gambaran sederhana ini, kita dapat melihat dengan jelas di mana letak kerusakannya dan bagaimana cara memulihkannya agar Indonesia kembali tumbuh subur dan memberi manfaat bagi semua.
Kondisi Ideal Negara Indonesia Seperti Pohon Subur
Indonesia adalah pohon kehidupan yang tumbuh di tanah subur nusantara. Pohon ini berdiri untuk memberi naungan, buah, dan kehidupan bagi seluruh rakyat. Agar tetap kokoh, setiap bagiannya harus berfungsi sesuai perannya.
- Akar pohon adalah Pancasila, dasar negara dan sumber nilai yang menyalurkan semangat persatuan ke seluruh bagian kehidupan bangsa. Akar yang kuat membuat pohon tidak mudah tumbang oleh badai kepentingan.
- Batang pohon adalah UUD 1945 dan sistem hukum yang menegakkan keadilan. Dari batang yang lurus, energi kehidupan mengalir ke seluruh ranting, memastikan hukum bekerja untuk semua, bukan hanya untuk segelintir orang.
- Ranting besar melambangkan undang-undang dan kebijakan nasional yang menentukan arah pertumbuhan bangsa. Ranting kecil menggambarkan birokrasi dan peraturan teknis; bila bersih dan efisien, kebijakan berjalan tanpa hambatan.
- Daun adalah kebijakan daerah dan pelaksanaan di lapangan, tempat rakyat merasakan langsung manfaat negara.
- Buah dari pohon Indonesia adalah kesejahteraan dan keadilan sosial, hasil dari kerja bersama seluruh unsur bangsa. Dan pemilik pohon adalah rakyat, yang berhak memetik buahnya: pendidikan yang layak, pekerjaan yang bermartabat, serta kehidupan yang damai.
Jika akar dijaga, batang ditegakkan, ranting ditata, dan daun disuburkan, maka pohon Indonesia akan terus tumbuh subur bisa memberi keteduhan, harapan, dan kehidupan yang adil bagi semua.
Kondisi Negara Indonesia Saat Ini Seperti Pohon Sakit
Indonesia hari ini ibarat pohon besar yang tampak megah dari luar, namun sesungguhnya sedang sakit.
- Rakyat sebagai pemilik pohon tidak lagi diberi ruang untuk merawatnya. Dari jauh, mereka melihat seolah pohon masih berbuah, padahal buah itu hanya hiasan, bukan hasil dari kehidupan sejati pohon tersebut.
- Akar pohon adalah Pancasila, dasar negara yang seharusnya menancap kuat dan menyalurkan nilai-nilai luhur bangsa. Kini akar itu menggantung di permukaan tanah. Pancasila hanya diucapkan, bukan dihayati. Tanpa akar yang menyerap nilai, pohon kehilangan sumber kekuatan.
- Batang pohon adalah konstitusi dan sistem hukum. Dahulu tegak dan kokoh, kini keropos ditarik kepentingan. Konstitusi mudah dipelintir, hukum kehilangan arah, dan batang tak lagi sanggup menopang cabang di atasnya.
- Ranting besar adalah undang-undang dan kebijakan nasional yang kini bengkok. Banyak kebijakan lahir dari kompromi elit, bukan dari kebutuhan rakyat.
- Ranting kecil adalah birokrasi dan peraturan teknis yang saat ini kusut dan tumpang tindih, membuat aliran kehidupan tersumbat hingga ke ujung daun.
- Daun, simbol kebijakan daerah dan pelaksanaan lapangan, telah layu. Tanpa nutrisi dari akar dan batang, energi untuk menumbuhkan kehidupan rakyat hilang.
- Dan buah, simbol kesejahteraan dan keadilan sosial, hampir tak lagi tumbuh. Yang tersisa hanyalah buah palsu yang digantungkan agar rakyat percaya pohon masih subur. Bahkan buah ini diambil dari supermarket dan ditempelkan dengan lakban di pohonnya.
Rakyat sebagai pemilik pohon kini hanya disuguhi ilusi. Pohon yang seharusnya memberi kehidupan justru rapuh, penuh hama, dan kehilangan daya tumbuhnya. Jika akar tidak dipulihkan dan batang tidak ditegakkan kembali, pohon Indonesia akan berdiri besar, tapi mati perlahan dari dalam.
Solusi Perbaikan Negara Jika Dianalogikan Pohon Sakit
Pohon Indonesia bisa pulih hanya jika akarnya diperbaiki. Akar itu adalah nilai dasar bangsa yang harus kembali menancap kuat ke dalam kehidupan rakyat. Untuk itu, perlu dibentuk Tim Ahli Pertanian Bangsa yang merupakan gabungan tokoh intelektual, budayawan dan pemuka adat, rohaniawan, serta TNI dan Polri yang berintegritas.
Mereka bertugas memulihkan akar, memperkuat batang hukum dan konstitusi, menata ranting kebijakan, hingga memastikan buah kesejahteraan dapat dipetik semua rakyat.
Tugas mereka bukan membuat kebijakan baru, melainkan menyembuhkan sistem: membersihkan akar dari parasit korupsi, menata kembali jalur nutrisi berupa hukum dan birokrasi, serta memastikan nilai dasar bangsa benar-benar bekerja dalam praktik.
Rakyat tetap menjadi pemilik dan pengawas utama. Mereka harus ikut menjaga agar proses perbaikan berjalan jujur, terbuka, dan berpihak pada kepentingan bersama. Dengan akar yang kuat dan sistem yang sehat, batang pemerintahan akan kokoh, ranting kebijakan teratur, daun kehidupan hijau kembali, dan pohon Indonesia berbuah kesejahteraan nyata bagi semua.
Apakah Ganti Presiden Sudah Cukup?
Mengganti presiden tidak cukup untuk memperbaiki keadaan bangsa. Dalam analogi pohon, presiden hanyalah bagian dari daun atau ranting, sementara penyakit utama ada di akar. Selama akar yakni dasar negara tidak dipulihkan, siapa pun presidennya akan tetap terjebak dalam kerusakan yang sama.
Perubahan sejati hanya bisa terjadi jika akar bangsa yaitu dasar negara kembali kuat sehingga rakyat berdaulat, hukum tegak, dan sistem berjalan jujur. Setelah itu, presiden baru barulah dapat tumbuh sebagai bagian dari pohon yang sehat dan berbuah bagi seluruh rakyat.
Apakah Cukup Menunggu Pemilu?
Menunggu pemilu lima tahunan saja tidak akan membawa perubahan besar. Jika Indonesia diibaratkan pohon, menunggu pemilu sama seperti menanti panen tanpa memastikan akarnya sehat. Pohon tidak akan berbuah manis jika akarnya rapuh dan batangnya keropos.
Masalah bangsa bukan hanya soal siapa pemimpinnya, tapi bagaimana sistem dan nilainya dijalankan. Karena itu, rakyat tidak bisa hanya menunggu. Mereka harus ikut merawat “pohon bangsa” setiap hari. Misalnya mengawasi lembaga negara, menjaga kejujuran hukum, dan memperkuat nilai dasar kebangsaan.
Dengan cara itu, pemilu bukan sekadar rutinitas lima tahunan, melainkan hasil dari kerja bersama yang terus-menerus. Jika akar dan batang bangsa sudah kuat, maka siapa pun pemimpin yang terpilih akan mampu menumbuhkan buah kesejahteraan yang nyata bagi semua rakyat.



