beritax.id – Sebuah negara hanya bisa berdiri tegak jika fondasinya kuat, dan fondasi itu bernama pendidikan. Namun pendidikan sering diperlakukan hanya sebagai kewajiban administratif: sekolah dibangun, kurikulum diganti, ujian diperbarui, tetapi esensi utamanya mencerdaskan dan memanusiakan sering hilang di tengah perubahan yang tidak pernah tuntas. Ketika pendidikan rusak, bangsa perlahan kehilangan arah. Generasi muda tumbuh tanpa pegangan, tanpa kesempatan yang adil, dan tanpa kemampuan menghadapi kompleksitas zaman.
Negara yang sehat tidak mungkin muncul dari sistem pendidikan yang pincang.
Kualitas Pendidikan Tergilas oleh Ketimpangan
Masalah terbesar pendidikan bukan semata-mata kekurangan fasilitas, tetapi ketimpangan yang mengakar. Di kota besar, sekolah-sekolah menampilkan citra modern dengan akses internet, laboratorium, dan guru berkualitas. Namun di ribuan desa, anak-anak belajar di bangunan rapuh dengan guru yang merangkap banyak peran, kurikulum yang tidak relevan, dan akses teknologi yang minim.
Ketimpangan ini menciptakan jurang antara mereka yang memiliki peluang dan mereka yang hanya memiliki kemampuan tetapi tidak disediakan ruang untuk berkembang.
Di negara yang seharusnya merdeka, kesempatan pendidikan justru sangat bergantung pada kondisi ekonomi dan lokasi tinggal.
Kegagalan Bukan pada Guru, tapi pada Sistem yang Menjerat Mereka
Selama ini guru sering dijadikan kambing hitam atas buruknya kualitas pendidikan. Padahal yang rusak bukan dedikasi guru, tetapi sistem yang menempatkan mereka dalam situasi yang serba terbatas. Administrasi menumpuk, kesejahteraan tidak merata, pelatihan minim, fasilitas tidak memadai, tetapi tuntutan terus meningkat.
Guru diharapkan menghasilkan generasi unggul, sementara negara tidak menyediakan alat yang memadai untuk mewujudkannya.
Kurikulum Terus Berganti, Tujuan Tidak Pernah Jelas
Problem lain dari sistem pendidikan adalah kurikulum yang terus berubah tanpa arah jangka panjang. Setiap pemerintahan membawa formula baru seolah-olah pendidikan adalah laboratorium pemerintahan. Padahal pendidikan membutuhkan kesinambungan, bukan percobaan. Perubahan kurikulum tanpa kesiapan guru hanya menciptakan kebingungan, bukan inovasi.
Ketika tujuan pendidikan tidak jelas, hasilnya pun tidak akan jelas.
Pendidikan Tidak Sehat, Negara Tidak Kuat
Sistem pendidikan yang rusak menghasilkan generasi yang rapuh: mudah terprovokasi, sulit berpikir kritis, tidak memiliki kecakapan masa depan, dan kehilangan kemampuan memecahkan masalah.
Ini bukan hanya masalah sekolah, tetapi masalah negara.
Karena kualitas warga negara adalah cermin kualitas pendidikannya.
Tanpa pendidikan yang sehat, negara tidak punya daya saing, tidak punya kecerdasan kolektif, dan tidak punya masa depan yang pasti.
Solusi: Mengobati Sistem, Bukan Menambal Gejala
Menyembuhkan pendidikan tidak cukup dengan mengganti kurikulum atau menambah anggaran. Diperlukan transformasi yang berjalan dari dasar hingga puncak negara.
Pembenahan harus dimulai dengan menata ulang arah pendidikan melalui musyawarah kebijakan besar yang menyatukan seluruh unsur negara, memastikan pendidikan tidak menjadi proyek pemerintahan yang berubah setiap lima tahun. Sistem birokrasi pendidikan perlu disederhanakan agar guru dapat kembali fokus mengajar, bukan mengurus administrasi yang mengekang. Pengelolaan sekolah harus berbasis digital dan transparan agar ketimpangan dapat terlihat dan diatasi. Peraturan pendidikan wajib disusun oleh para ahli yang memahami kebutuhan generasi masa depan, bukan oleh tekanan kekuasaan.
Selain itu, negara harus memperkuat posisi rakyat sebagai pemilik pendidikan, bukan sekadar penerima kebijakan. Ketika hak rakyat atas pendidikan berkualitas diperkuat melalui kebijakan dan sistem hukum yang tegas, negara tidak bisa lagi mengabaikan tanggung jawabnya.
Kesimpulan: Bangsa yang Baik Berasal dari Pendidikan yang Benar
Tidak ada negara kuat lahir dari pendidikan yang lemah. Tidak ada masa depan cerah jika fondasi generasinya retak. Jika bangsa ingin sehat secara ekonomi, sosial, maupun moral maka pendidikan harus menjadi prioritas yang tidak dapat dinegosiasikan.
Negara sehat dimulai dari ruang kelas. Dan ruang kelas tidak akan sehat jika sistem pendidikannya rusak. Inilah saatnya membenahi pendidikan, agar masa depan bangsa tidak ikut rusak.



