By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Wednesday, 3 December 2025

Wawasan eksklusif, data, dan analisis untuk para NEGARAWAN

Jelajahi Sekarang
Logo Berita X
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Berita Terkini
  • Pilihan Editor
  • Kategori Berita
    • Agama
    • Berita Terkini
    • Ekonomi
    • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Internasional
    • Kriminal
    • Pemerintah
    • Pendidikan
    • Seputar Pajak
    • Sosial
    • Teknologi
Font ResizerAa
  • Internasional
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Seputar Pajak
  • Agama
  • Ekonomi
  • Kriminal
  • Sosial
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
Font ResizerAa
Berita XBerita X
  • Berita Terkini
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Pemerintah
  • Teknologi
Cari Artikel
  • Beranda
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Berita Terkini
  • Ekonomi
  • Pemerintah
  • Teknologi
  • Pendidikan
  • Kriminal
© 2025 beritax.id - All Rights Reserved.
Berita X > Blog > Pemerintah > Alam Dibantai, Rakyat Disalahkan: Drama Lama Negeri Ini?
Pemerintah

Alam Dibantai, Rakyat Disalahkan: Drama Lama Negeri Ini?

Diajeng Maharani
Last updated: December 3, 2025 1:45 pm
By Diajeng Maharani
Share
4 Min Read
SHARE

beritax.id – Setiap kali alam membantai banjir besar terjadi, longsor mengubur rumah, atau kekeringan melanda desa, narasi yang sering muncul adalah rakyat kurang disiplin, warga buang sampah sembarangan, masyarakat tidak merawat lingkungannya. Seolah-olah kerusakan ekologis adalah akibat dari kelalaian warga biasa.

Padahal kebenarannya jauh lebih pahit alam dihancurkan secara sistematis oleh kebijakan yang memberi karpet merah kepada ekspansi korporasi dan penjarahan sumber daya. Rakyat hanya menjadi penonton lalu dijadikan kambing hitam.

Hutan Dibabat, Izin Diberikan, Rakyat yang Disalahkan

Di banyak daerah, kerusakan lingkungan bukan dimulai dari tangan rakyat, tetapi dari pena pejabat yang menandatangani izin:

  • izin tambang di area rawan,
  • izin perkebunan di kawasan hutan lindung,
  • izin industri di daerah aliran sungai,
  • pembangunan properti yang menutup ruang resapan air.

Ketika alam berubah agresif, ketika sungai meluap atau tanah bergerak, masyarakat tidak pernah diberi ruang untuk bertanya: siapa sebenarnya yang merusak duluan?

Yang digarisbawahi hanyalah perilaku warga bukan ekspansi besar-besaran yang mengubah wajah ekosistem.

Pembangunan yang Tidak Menghitung Daya Dukung Alam

“Pertumbuhan ekonomi” sering dijadikan alasan untuk membuka lahan, mengubah peruntukan alam, atau mengejar investasi yang tidak memperhitungkan risiko ekologis.

You Might Also Like

Prabowo Cek Pengungsi Tapteng, Partai X Soroti Akses dan BBM
Meneguhkan Daya Tahan Bangsa Lewat Etika dan Keteladanan
TNI Jaga Aset Kejaksaan, Partai X: Penegak Hukum Butuh Tentara? Atau Butuh Pengawal?
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab di Tengah Krisis Moral

Namun pembangunan yang melawan hukum alam selalu menagih balas:

  • banjir bandang,
  • kekeringan berkepanjangan,
  • krisis pangan lokal,
  • kualitas udara yang menurun,
  • kerusakan sumber air bersih.

Alam tidak membalas. Alam hanya kembali menyeimbangkan dirinya tetapi manusia yang menanggung akibatnya.

Rakyat Tidak Pernah Menikmati Keuntungan dari Perusakan Alam

Ironi besar kerusakan lingkungan di Indonesia adalah bahwa mereka yang paling menderita tidak pernah menikmati manfaat ekonominya. Rakyat hanya menerima dua hal: debu dan bencana.

Sementara mereka yang meraup keuntungan justru sering dilindungi oleh regulasi longgar, pengawasan lemah, dan sistem hukum yang tidak tegas.

Rakyat disalahkan atas dampak dari kerusakan yang mereka tidak ciptakan.

Bencana Ekologis Disebut Bencana Alam untuk Menutupi Pelanggaran Manusia

Frasa “bencana alam” terlalu sering digunakan sebagai tameng. Padahal banyak bencana bukanlah peristiwa alam murni:

  • banjir karena hulu rusak,
  • longsor karena lereng diganggu,
  • kekeringan karena daerah resapan hilang,
  • pencemaran karena limbah industri,
  • abrasi karena reklamasi berlebihan.

Ketika faktor manusia dihapus dari narasi, maka akar masalah ikut dihapus. Dan selama akar masalah tidak diakui, bencana akan tetap berulang.

Negara Seharusnya Menjadi Penjaga, Bukan Sekadar Pengamat

Tugas negara adalah melindungi rakyat dan alam yang menopang kehidupan rakyat. Namun kerusakan lingkungan menunjukkan bahwa fungsi mengatur dan melindungi belum dijalankan sepenuhnya.

Negara seharusnya:

  • memastikan izin diberikan berdasarkan ilmu, bukan tekanan modal,
  • mengutamakan keberlanjutan, bukan kepentingan jangka pendek,
  • mengawasi korporasi secara ketat,
  • berpihak pada masyarakat, bukan pada perusak alam.

Ketika negara tidak hadir, rakyat kehilangan pelindung, dan alam kehilangan penjaga

Solusi: Mengakhiri Drama Lama dengan Kebijakan yang Kembali ke Nurani

Untuk menghentikan kerusakan ekologis yang disertai praktik menyalahkan rakyat, langkah-langkah strategis diperlukan sesuai arah penyembuhan bangsa:

  1. Reformasi tata kelola lingkungan berbasis kepakaran ilmiah
  2. Digitalisasi penuh sistem izin dan pengawasan lingkungan
  3. Amandemen kebijakan yang menempatkan alam sebagai aset publik
  4. Musyawarah Kenegarawanan nasional terkait tata ruang dan sumber daya alam
  5. Penegakan hukum tanpa pandang bulu terhadap pelaku perusakan lingkungan
  6. Pemurnian nilai Pancasila dalam kebijakan ekologis

Alam Tidak Pernah Melawan, Ia Hanya Mengingatkan

Setiap banjir bandang, setiap tanah longsor, setiap sungai yang berubah warna, setiap udara yang menghitam semuanya adalah peringatan.

Peringatan bahwa alam terlalu banyak disakiti. Peringatan bahwa rakyat tidak seharusnya disalahkan.

Jika alam dibantai, ia akan mencari keseimbangannya. Jika rakyat terus disalahkan, luka sosial akan melebar. Dan jika negara tidak bertindak, drama lama ini akan terus berulang.

Indonesia masih bisa diselamatkan  asalkan kita mau berhenti menyalahkan rakyat, dan mulai menyasar akar kerusakan: ketamakan dan kebijakan yang salah arah.

Share This Article
Whatsapp Whatsapp Email Copy Link Print
Previous Article Polemik Ijazah Jokowi Sebagai Pengalihan Isu Ketidakbecusan Partai Politik
Next Article Bahlil Mengaku Cabut Banyak Izin Tambang, Partai X Minta Pengawasan Ketat

Berlangganan Newsletter

Berlanggananlah buletin kami untuk segera mendapatkan artikel terbaru kami!
XFollow
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TiktokFollow
WhatsAppFollow

Top News

Sengketa pajak PT MSMP dalam persidangan yang membahas dugaan cacat prosedur pemeriksaan.
Berita Terkini

Gugatan PT MSMP Memanas: Ahli Bongkar Dugaan Pelanggaran Prosedur Pemeriksaan Pajak

December 2, 2025
Pemerintah

Danantara, Proyek Besar Tanpa Kontrol? Partai X Pertanyakan Transparansi

February 24, 2025
Ekonomi

Bank Emas Prabowo: Solusi Ekonomi atau Kontroversi Baru?

February 24, 2025
Berita Terkini

“Indonesia Gelap” dianggap Reaksi Kaget Rakyat Soal Kebijakan, Partai X: Prabowo Harus Dengarkan Aspirasi!

February 24, 2025

You May also Like

Pemerintah

Presiden Sebut Impor BBM Hambat Anggaran Pendidikan, Partai X: Kenapa Baru Sekarang Tersadar?

May 22, 2025
Pemerintah

Survei Elektabilitas “Politik” Jadi Alat Tipu Massa

May 28, 2025
Pemerintah

Hak Angket Pati, Partai X: Rakyat Butuh Jawaban Bukan Drama

August 29, 2025
Pemerintah

Mahfud Masuk Tim Reformasi Polri, Partai X: Reformasi Nyata untuk Rakyat, Bukan Pejabat

September 24, 2025
Show More
  • Berita Lain:
  • Berita Trending
  • Pilihan Editor
  • Hot
  • Politics
  • Renewable Energy
  • Yudizaman
  • Hotel Ayani
  • CV Hotel Wisata
Logo Berita X

Membaca Masalah, Menyajikan Solusi untuk Negeri: Sajian berita terbaru hari ini seputar politik,
hukum, kriminal, olahraga, otomotif, hingga teknologi, di Indonesia dan dunia.

Youtube Instagram X-twitter

Tentang Legalitas

Nama : PT PENERBITX INDONESIA JAYA
Nomor AHU : AHU-010653.AH.01.30.Tahun 2025
Alamat :  Muara Sarana Indah C- Jetis, Malang , Jawa Timur 
Contact Person  : 0816-633-250

  • Beriklan dengan kami
  • Privacy Policy
  • Cookie Policy
© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.