beritax.id – Di berbagai sudut negeri, Pancasila terpampang megah dalam bentuk slogan, poster, iklan layanan masyarakat, bahkan ritual seremonial setiap tahun. Namun pertanyaannya apakah Pancasila benar-benar hidup dalam kerja negara sehari-hari? Fakta di lapangan menunjukkan ironi: semakin sering Pancasila disebut, semakin sedikit ia diwujudkan dalam kebijakan dan pelayanan publik.
Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, menegaskan bahwa negara tidak boleh berhenti pada simbolisme. Tugas negara adalah melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Dan ketiga tugas itu hanya dapat dijalankan bila Pancasila tidak diperlakukan sebagai jargon kekuasaan, melainkan sebagai instruksi kerja negara yang wajib dioperasionalkan dalam seluruh kebijakan.
Pancasila Bukan Hiasan, Tapi Kerangka Kerja Negara
Menurut dokumen resmi Partai X, Pancasila adalah pedoman yang sejak kemerdekaan dirancang sebagai fundamental kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap sila memiliki fungsi operasional, bukan sekadar nilai moral. Misalnya:
- Sila ke-1 menuntut masyarakat dan pemimpin yang bermoral, sehingga rakyat merasa aman dalam harta, nyawa, dan martabatnya.
- Sila ke-2 memastikan kesetaraan dalam pendidikan, ekonomi, dan budaya.
- Sila ke-3 menegakkan persatuan berbasis rasa keadilan.
- Sila ke-4 menegaskan sistem perwakilan yang membedakan negara dari pemerintah.
- Sila ke-5 adalah tujuan akhir keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dokumen tersebut mengingatkan bahwa Pancasila telah disalahpahami sebagai slogan padahal ia adalah “pedoman operasional negara” yang harus diimplementasikan dalam seluruh kebijakan publik .
Ketika Pancasila hanya diucapkan, bukan dijalankan, negara otomatis gagal memenuhi mandatnya.
Partai X menilai bahwa penyebab utamanya adalah kaburnya perbedaan antara negara dan pemerintah. Pemerintah sering kali bertindak seolah-olah ia adalah negara, padahal dalam prinsip Partai X, pemerintah hanyalah sebagian kecil rakyat yang diberi mandat terbatas untuk menjalankan kebijakan secara adil dan transparan .
Ketika peran ini diselewengkan, Pancasila berhenti menjadi pedoman, dan negara berhenti bekerja untuk rakyat.
Prinsip Partai X: Pancasila Harus Mengalir dalam Setiap Kebijakan
Partai X menekankan sejumlah prinsip dasar agar Pancasila benar-benar hidup:
- Rakyat adalah pemilik kedaulatan, sehingga negara harus berjalan berdasarkan aspirasi rakyat, bukan ambisi pejabat.
- Pejabat adalah pelayan rakyat, bukan pemilik kekuasaan bahkan dianalogikan sebagai TKI dalam konteks kenegaraan .
- Politik adalah alat untuk menjalankan kewenangan secara efektif, efisien, dan transparan, bukan alat mempertahankan kekuasaan.
- Pancasila harus digunakan sebagai sistem kerja, bukan dekorasi kampanye.
Ketika prinsip ini diterapkan, Pancasila tidak lagi sekadar hidup di bibir, tetapi hidup dalam kebijakan, anggaran, birokrasi, dan pelayanan publik.
Solusi Partai X: Menghidupkan Pancasila dalam Sistem Negara
Agar Pancasila kembali menjadi pedoman kerja negara, Partai X menawarkan 10 langkah penyembuhan bangsa yang bersifat struktural dan operasional, di antaranya:
- Musyawarah Kenegarawanan Nasional untuk menyusun desain ketatanegaraan baru berdasarkan nilai-nilai operasional Pancasila.
- Draft Amandemen Kelima UUD 1945 untuk memastikan kedaulatan kembali ke tangan rakyat, sesuai sila ke-4 dan sila ke-5.
- Pembentukan MPRS Sementara guna mengawal transisi negara yang berorientasi pada Pancasila.
- Pemisahan tegas antara negara dan pemerintah, agar sistem tetap berjalan meskipun pemerintah mengalami kegagalan.
- Reoperasionalisasi Pancasila, menjadikannya pedoman kerja konkret, bukan slogan kekuasaan.
- Pembubaran dan verifikasi ulang partai yang tidak mendidik rakyat mengenai nilai-nilai Pancasila.
- Reformasi hukum berbasis kepakaran, memastikan hukum memihak pada keadilan, bukan mayoritas atau kekuatan uang.
- Transformasi birokrasi digital, memastikan pelayanan negara selaras dengan prinsip efisiensi dan keadilan.
- Pendidikan Pancasila yang operasional, bukan normatif, bagi generasi muda.
- Penguatan media negara sebagai pusat edukasi Pancasila, memastikan nilai-nilainya menjangkau seluruh lapisan masyarakat secara luas dan konsisten.
Langkah-langkah ini memastikan Pancasila bekerja dalam praktik, bukan sekadar diperingati dalam kalender nasional.
Penutup: Saatnya Pancasila Bekerja, Bukan Sekadar Dihafal
Pancasila tidak diciptakan untuk menjadi slogan, baliho, atau spanduk. Ia adalah instruksi kerja negara. Negara yang melindungi, melayani, dan mengatur rakyat secara adil hanya dapat terwujud jika Pancasila diperlakukan sebagai pedoman operasional, bukan simbol.
Melalui prinsip dan solusi yang ditawarkan Partai X, Pancasila dapat kembali menemukan fungsinya menjadi cahaya moral dan panduan teknis bagi seluruh kebijakan negara. Dan ketika itu terjadi, rakyat dapat benar-benar merasakan kehadiran negara yang bekerja untuk mereka.
