beritax.id – Badan Pangan Nasional (Bapanas) baru-baru ini mengungkapkan bahwa stok beras di gudang Perum Bulog mencapai 3,84 juta ton pada bulan Agustus 2025. Dari total tersebut, sekitar 1,45 juta ton atau sekitar 37,95% beras telah berusia lebih dari 6 bulan dalam masa simpan, yang berpotensi menurunkan kualitasnya. Bahkan, 29.99 ribu ton beras dilaporkan mengalami penurunan mutu, terdiri dari beras dalam negeri dan impor.
Namun, meski stok beras melimpah, di sejumlah daerah Indonesia, masalah kelaparan dan kesulitan pangan masih dirasakan oleh masyarakat. Situasi ini jelas menimbulkan pertanyaan besar tentang ketidakselarasan antara keberadaan stok pangan yang melimpah dengan kemampuan distribusi yang tidak merata.
Tanggapan Partai X
Partai X menilai ini sebagai ironi besar. Di saat negara memiliki stok beras yang melimpah, sejumlah rakyat Indonesia masih mengalami kesulitan pangan. “Beras yang melimpah tidak akan berarti jika tidak bisa sampai ke rakyat yang membutuhkan,” tegas Rinto Setiyawan, Anggota Majelis Tinggi Partai X, “Stok beras yang menumpuk di gudang Bulog seharusnya segera disalurkan, bukan hanya diamkan begitu saja.”
Dalam pernyataan tersebut, Rinto Setiyawan menegaskan bahwa tanggung jawab utama pemerintah adalah untuk memastikan keberpihakan kebijakan kepada rakyat. “Pemerintah harus mengoptimalkan distribusi bantuan pangan agar rakyat yang membutuhkan, khususnya di daerah-daerah terpencil, bisa merasakannya,” imbuh Rinto. “Peran Bulog bukan hanya menyimpan pangan, tetapi juga mendistribusikan pangan secara efektif dan tepat sasaran.”
Pentingnya Pengelolaan yang Efisien
Sesuai dengan prinsip dasar Partai X, negara memiliki kewajiban untuk melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Dalam konteks ini, pengelolaan cadangan pangan dan distribusinya sangat penting untuk menjaga kesejahteraan rakyat. Stok pangan yang melimpah tetapi tidak tersalurkan dengan baik hanya menunjukkan adanya inefisiensi dalam pengelolaan kebijakan pangan negara. “Meskipun angka stok pangan tinggi, tetapi bila tidak dikelola dengan baik, itu hanya akan menjadi beban bagi negara,” tambah Rinto.
Sementara itu, Bapanas telah meminta Perum Bulog untuk melakukan pembersihan dan pencucian ulang terhadap beras yang kualitasnya sudah menurun. Serta memastikan bahwa beras yang didistribusikan kepada masyarakat sudah layak konsumsi. Namun, masalah mendasar yang perlu menjadi perhatian adalah ketidaksesuaian antara pengelolaan cadangan pangan dan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan tersebut.
Solusi dari Partai X
Partai X mengusulkan agar pemerintah lebih berfokus pada pendistribusian pangan yang efisien dan memastikan bahwa program-program ketahanan pangan mengarah pada kebermanfaatan langsung bagi rakyat yang membutuhkan. Dengan sistem akuntabilitas yang lebih baik, pengelolaan bantuan pangan bisa dilakukan dengan lebih transparan dan efektif.
Selain itu, pemerintah seharusnya lebih memperhatikan sinergi antara pusat dan daerah, sehingga distribusi pangan bisa menjangkau wilayah yang paling terdampak masalah pangan. “Krisis pangan bukan hanya masalah ketersediaan pangan, tetapi juga masalah distribusi yang tidak merata,” kata Rinto.
Penutup
Partai X menyerukan agar semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan pangan negara untuk mengoptimalkan setiap sumber daya yang ada, serta memastikan bahwa rakyat, terutama yang kurang beruntung, mendapat akses yang adil terhadap pangan. “Agar tidak ada lagi rakyat yang kelaparan di tengah melimpahnya stok pangan yang ada,” tegasnya.